Senin, 05 Desember 2016

PROSES SOSIALISASI DI SEKOLAH




PROSES SOSIALISASI DI SEKOLAH

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Sosiologi Antropologi Pendidikan
Dosen Pengampu:
Iwan Setiawan, S. Sos. I., M. A







Disusun oleh:
Adi Ridwan
Eva Masrifah
Ovan Faozhamdan

A.  Latar Belakang
Sosialisasi merupakan salah satu bentuk interaksi antara yang satu dengan yang lainnya. Proses sosialisasi khususnya bagi anak di sekolah merupakan salah satu bentuk interaksi sosial yang sangat penting, karena dengan adanya proses sosialisasi di sekolah anak akan mulai menambah wawasan dan pergaulannya secara luas, sehingga proses sosialisasi di sekolah sebaiknya berlangsung secara terarah karena sosialisasi di sekolah sangat berpengaruh dalam perkembangan anak di masa yang akan datang.
Sosialisasi di sekolah juga merupakan proses belajar yang membimbing anak ke arah perkembangan kepribadian sosial yang lebih baik sehingga dapat menjadi anggota masyarakat yang bertanggung jawab dan efektif. Proses sosialisasi Anak akan mengalami perubahan dalam kelakuan sosial setelah ia masuk ke sekolah. Karena di rumah ia hanya bergaul dengan anggota keluarga dan anak-anak tetangga, sedangkan ketika di sekolah ia akan menemui banyak sekali teman-temannya yang lain sehingga ia akan belajar untuk menyesuaikan dirinya dengan lingkungan yang semakin luas, belajar menghargai, menghormati dan bersikap lebih baik lagi.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis menyusun makalah dengan judul           “ Proses Sosialisasi di Sekolah.”

B.  Pembahasan
1.    Kesulitan-kesulitan dalam Proses Sosialisasi
Proses sosialisasi tidak selalu berajalan lancar karena adanya sejumlah kesulitan. Menurut Gunawan (2000: 48), dalam proses sosialisasi bisa terjadi kendala atau hambatan, hal ini karena: 1) Terjadinya kesulitan komunikasi. Kesulitan komunikasi terjadi karena yang berkomunikasi adalah manusia dengan segala perbedaannya. Djamah (2004: 63) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi dalam keluarga yaitu: citra diri dan citra orang lain, suasana psikologis, lingkungan fisik, kepemimpinan, bahasa, dan perbedaan usia, citra diri yaitu ketika orang berhubungan dan berkomunikasi dengan orang lain, dia merasa dirinya sebagai apa dan bagaimana. Suasana psikologis mempengaruhi komunikasi, komunikasi sulit berlangsung jika seorang dalam keadaan marah, kecewa, bingung, diliputi prasangka, dan suasana psikologis lainnya. Lingkungan fisik juga mempengaruhi komunikasi, karena komunikasi dapat berlangsung dimana saja dan kapan saja dengan gaya dan cara yang berbeda. Selain itu cara kepemimpinan (otoriter, demokratis) , penggunaan bahasa, dan perbedaan usia juga mempengaruhi proses komunikasi. 2) Adanya pola kelakuan yang berbeda-beda atau bertentangan yang diperoleh anak dapat mempengaruhi proses sosialisasi. anak akan merasa bingung dengan perbedaan tersebut.[1]
Pendapat para ahli di atas pada dasarnya sama, yaitu menyatakan bahwa kendala dalam proses sosialisasi meliputi adanya kesulitan komunikasi, pola kelakuan yang berbeda dan akibat perubahan dalam masyarakat.

2.    Nilai-nilai yang dianut di Sekolah
Menurut Putri (2012) sekolah adalah sebuah wadah atau lembaga dimana terjadi proses sosialisasi dan proses belajar mengajar antara pendidik dengan peserta didik. Dewasa ini sekolah merupakan kebutuhan setiap orang untuk mendapatkan pendidikan dari sekolah. Sekolah memegang peranan penting dalam sosialisasi, walaupun sekolah merupakan hanya salah satu lembaga yang bertanggung jawab atas pendidikan. Seorang anak akan mengalami perubahan dalam prilaku sosialnya setelah ia masuk ke sekolah.
Menurut Handayani (2013) sekolah adalah lingkungan pendidikan yang sejati berperan melaksanakan pembelajaran dan proses sosialisasi dengan mengacu pada empat pilar yaitu:
a)    Belajar mengetahui (Learning to know)
b)   Belajar melakukan (Learning to do)
c)    Belajar menjadi diri sendiri (Learning to be)
d)   Belajar hidup dalam kebersamaan (Learning to live together).
   Pada umumnya nilai-nilai yang dianut di sekolah sejalan dengan yang berlaku dalam masyarakat sekitarnya. Anak-anak dikirim ke sekolah dengan tujuan agar mereka dididik menjadi manusia sesuai dengan cita-cita masyarakat. Untuk seluruh warga negara Indonesia berlaku Pancasila sebagai falsafah dan pandangan hidup bangsa dan Negara. Dalam hal ini terdapat kesamaan bagi seluruh bangsa dan dengan demikian bagi seluruh masyarakat sekolah. Norma-norma yang diajarkan di sekolah tak boleh bertentangan dengan adat-istiadat masyarakat sekitar.[2]
Jadi nilai yang dianut di sekolah adalah nilai-nilai yang tidak bertentangan dengan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat. Peserta didik harus menjunjung tinggi nilai-nilai kejujuran, kedisplinan, kekompakan/kerjasama dan sebagainya.



3.    Pengaruh Iklim Sosial terhadap Sosialisasi Anak
Pada umumnya iklim ini terbagi menjadi iklim yang demokratis dan iklim otokratis. Dalam hal iklim demokratis anak akan mendapat kebebasan untuk berkelakuan sesuai dengan kepribadiannya. Sedangkan iklim otokratis anak tidak mampu bertindak sesuai dengan kepribadiannya karena anak dikontrol ketat oleh gurunya tanpa di beri pertimbangan sendiri.
Menurut Kurt Lewin dan Ronald Lippitt pada tahun 1939, mereka memilih dua kelompok yang satu ditempatkan di bawah pimpinan otokratis dan satu lagi di bawah demokratis. Mereka mendapat beberapa kesimpulan, antara lain:
Ø Dalam iklim otokratis lebih banyak dikeluarkan kecaman tajam yang bersifat pribadi, sedangkan dalam iklim demokrasi terdapat suasana kerja sama, pujian sesama teman, saran konstruktif, dan kesediaan menerima buah pikiran orang lain.
Ø Dalam iklim otokratis lebih ditonjolkan diri sendiri, sedangkan dalam iklim demokratis lebih menonjolkan kebersamaan.
Ø Dalam iklim otokratis adanya pimpinan yang kuat menghalangi orang lain untuk memegang pimpinan, sedangkan dalam iklim demokratis beda status sosial pemimpin dan yang dipimpin kecil sekali.
Ø Individualitas murid dapat berkembang dalam iklim demokrasi, sedangkan perkembangan nya tertekan dalam suasana otokratis karena setiap murid memiliki status yang rendah tanpa dapat mengembangkan individualitasnya.
Ø Dalam iklim otokritas tindakan kelompok bukan tertuju pada pemimpin melainkan terhadap salah seorang murid sebab murid dijadikan kambing hitam.
Menurut Lewin dan Lippit serta para ahli lainnya iklim demokrasilah yang lebih serasi untuk penyesuaian sosial yang memuaskan, memberikan kesempatan yang lebih bebas dalam mengekspresikan individualitas, memupuk kerjasama, mengurangi rasa ketegangan dan persaingan. Iklim demokrasi juga sangat berpengaruh bagi kesejahteraan rohani.
Iklim otokritas dianggap lebih serasi untuk mencapai prestasi akademis yang diutamakan oleh sekolah “tradisional”, sedangkan sekolah yang “progresif” lebih mengutamakan perkembangan kepribadian anak yang dianggap lebih mungkin tercapai dalam suasana demokratis.[3]



4.    Fungsi Pendidikan di Sekolah
Ada beberapa pendapat mengenai fungsi pendidikan sekolah. Pendapat-pendapat itu ialah:
1) Memberantas kebodohan, dan
2) Memberantas salah pengertian.
Secara positif, kedua fungsi tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut:
1)   Menolong anak untuk menjadi melek huruf dan mengembangkan kemampuan-kemampuan intelektualnya.
2)   Mengembangkan pengertian yang luas tentang manusia lain yang berbeda kebudayaan dan interestnya.
Gillin dan Gillin berpendapat, bahwa fungsi pendidikan sekolah ialah penyesuaian diri anak dan stabilisasi masyarakat.[4]
Dapat disimpulkan bahwa fungsi sekolah yaitu:
a)    Tempat melatih kemampuan akademik anak
b)   Tempat menenegmbang dan memperkuat mental fisik dan disiplin
c)    Tempat memperkenalkan tanggung jawab
d)   Tempat melatih jiwa sosial dan pertemanan
e)    Sebagai pembentukan identitas diri
f)    Saranan mengembangkan diri dan berkreativitas
g)   Sebagai membentuk keterampilan dasar
h)   Sebagai penentu dan merubah nasib

5.    Dilema Pokok Pendidikan di Sekolah
Handayani (2013) menyebutkan ada beberapa permasalahan/dilema yang banyak terjadi di sekolah antara lain yaitu:
1)   Bolos sekolah, merupakan permasalahan yang paling sering terjadi di sekolah, dimulai dari tidak mengikuti proses pembelajaran (mata pelajaran) tertentu hingga tidak datang ke sekolah. Setiap sekolah memiliki kebijakan masing-masing dalam menangani masalah, seperti absensi sekolah ataupun absensi kehadiran.
2)   Narkoba, pergaulan yang dapat menyebabkan peserta didik dimana ketika itu rasa keingin tahuan yang tinggi membuat peserta didik untuk mencoba-coba barang-barang terlarang seperti zat adiktif ataupun obat-obatan terlarang. Dalam hal ini tidak hanya faktor internal, melainkan faktor eksternal yang dapat menjerumuskan ke dalam hal-hal yang demikian sehingga anak tersebut terjerumus ke dalam pergaulan bebas.
3)   Tawuran, permasalahan-permasalahan seperti ini seringkali dihadapi oleh peserta didik tingkat SMA, peserta didik yang melakukan tindakan yang menyimpang seperti tawuran ini karena mereka merasa dirinya hebat dan dianggap jagoan, yang mana menganggap membela nama sekolah.
4)   Bullying, di dalam pendidikan di sekolah pasti ada yang diatas dan ada yang dibawah dalam istilah ada senior dan ada junior, dengan adanya label seperti itu dapat menyebabkan bullying dapat terjadi. Dimana dalam hal ini senior ingin dihargai oleh junior tetapi menggunakan cara yang salah.[5]
Dari dilema-dilema pendidikan pokok di sekolah tersebut, kita sebagai pendidik harus bisa mengatasi permasalahan-permasalahan tersebut, misalnya dengan cara memberikan contoh yang baik kepada anak didik kita dan menjalin kerjasama dengan orang tua peserta didik untuk menjadikan anak didik sebagai generasi penerus yang baik dengan memberikan perhatian yang baik dalam mengatasi dilema di sekolah.




















DAFTAR PUSTAKA


Gunawan, Ari H. 2000. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta





[1] Diakses dari, http://satriadholan.blogspot.co.id/2010/11makalah-proses-sosialisasi.html?m=1 tanggal 03 Maret 2016 pukul 21.29 WIB

[2] Diakses dari http://enyblogspot.com-makalah-sosiologi.html?=1 tanggal 23 Februari 2016 pukul 14:31
[4] Ary H. Gunawan, Sosiologi Pendidikan, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2000), hlm. 181-182
[5] Diakses dari, http://enyrismayanti.blogspot.com/2013/12/makalah-sosiologi.html?m=1 tanggal 03 Maret 2016 pukul 21.50 WIB


PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM DARUSSALAM
CIAMIS- JAWA BARAT
 2016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar