PROSES
SOSIALISASI DI SEKOLAH
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu
Tugas Mata Kuliah Sosiologi Antropologi Pendidikan
Dosen Pengampu:
Iwan Setiawan, S. Sos. I., M. A
Disusun oleh:
Adi Ridwan
Eva
Masrifah
Ovan
Faozhamdan
A.
Latar
Belakang
Sosialisasi
merupakan salah satu bentuk interaksi antara yang satu dengan yang lainnya.
Proses sosialisasi khususnya bagi anak di sekolah merupakan salah satu bentuk
interaksi sosial yang sangat penting, karena dengan adanya proses sosialisasi
di sekolah anak akan mulai menambah wawasan dan pergaulannya secara luas,
sehingga proses sosialisasi di sekolah sebaiknya berlangsung secara terarah
karena sosialisasi di sekolah sangat berpengaruh dalam perkembangan anak di
masa yang akan datang.
Sosialisasi di
sekolah juga merupakan proses belajar yang membimbing anak ke arah perkembangan
kepribadian sosial yang lebih baik sehingga dapat menjadi anggota masyarakat
yang bertanggung jawab dan efektif. Proses sosialisasi Anak akan mengalami
perubahan dalam kelakuan sosial setelah ia masuk ke sekolah. Karena di rumah ia
hanya bergaul dengan anggota keluarga dan anak-anak tetangga, sedangkan ketika
di sekolah ia akan menemui banyak sekali teman-temannya yang lain sehingga ia
akan belajar untuk menyesuaikan dirinya dengan lingkungan yang semakin luas,
belajar menghargai, menghormati dan bersikap lebih baik lagi.
Berdasarkan
latar belakang di atas, maka penulis menyusun makalah dengan judul “ Proses Sosialisasi di Sekolah.”
B.
Pembahasan
1.
Kesulitan-kesulitan
dalam Proses Sosialisasi
Proses sosialisasi tidak selalu berajalan lancar karena
adanya sejumlah kesulitan. Menurut Gunawan (2000: 48), dalam proses sosialisasi
bisa terjadi kendala atau hambatan, hal ini karena: 1) Terjadinya kesulitan
komunikasi. Kesulitan komunikasi terjadi karena yang berkomunikasi adalah
manusia dengan segala perbedaannya. Djamah (2004: 63) menyatakan bahwa
faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi dalam keluarga yaitu: citra diri dan
citra orang lain, suasana psikologis, lingkungan fisik, kepemimpinan, bahasa, dan
perbedaan usia, citra diri yaitu ketika orang berhubungan dan berkomunikasi
dengan orang lain, dia merasa dirinya sebagai apa dan bagaimana. Suasana
psikologis mempengaruhi komunikasi, komunikasi sulit berlangsung jika seorang
dalam keadaan marah, kecewa, bingung, diliputi prasangka, dan suasana
psikologis lainnya. Lingkungan fisik juga mempengaruhi komunikasi, karena
komunikasi dapat berlangsung dimana saja dan kapan saja dengan gaya dan cara
yang berbeda. Selain itu cara kepemimpinan (otoriter, demokratis) , penggunaan
bahasa, dan perbedaan usia juga mempengaruhi proses komunikasi. 2) Adanya pola
kelakuan yang berbeda-beda atau bertentangan yang diperoleh anak dapat
mempengaruhi proses sosialisasi. anak akan merasa bingung dengan perbedaan
tersebut.[1]
Pendapat para ahli di atas pada dasarnya sama, yaitu
menyatakan bahwa kendala dalam proses sosialisasi meliputi adanya kesulitan
komunikasi, pola kelakuan yang berbeda dan akibat perubahan dalam masyarakat.
2.
Nilai-nilai
yang dianut di Sekolah
Menurut Putri (2012) sekolah adalah sebuah wadah atau
lembaga dimana terjadi proses sosialisasi dan proses belajar mengajar antara
pendidik dengan peserta didik. Dewasa ini sekolah merupakan kebutuhan setiap
orang untuk mendapatkan pendidikan dari sekolah. Sekolah memegang peranan
penting dalam sosialisasi, walaupun sekolah merupakan hanya salah satu lembaga
yang bertanggung jawab atas pendidikan. Seorang anak akan mengalami perubahan
dalam prilaku sosialnya setelah ia masuk ke sekolah.
Menurut Handayani (2013) sekolah adalah lingkungan
pendidikan yang sejati berperan melaksanakan pembelajaran dan proses
sosialisasi dengan mengacu pada empat pilar yaitu:
a) Belajar
mengetahui (Learning to know)
b) Belajar
melakukan (Learning to do)
c) Belajar
menjadi diri sendiri (Learning to be)
d) Belajar
hidup dalam kebersamaan (Learning to live together).
Pada umumnya nilai-nilai yang
dianut di sekolah sejalan dengan yang berlaku dalam masyarakat sekitarnya.
Anak-anak dikirim ke sekolah dengan tujuan agar mereka dididik menjadi manusia
sesuai dengan cita-cita masyarakat. Untuk seluruh warga negara Indonesia
berlaku Pancasila sebagai falsafah dan pandangan hidup bangsa dan Negara. Dalam
hal ini terdapat kesamaan bagi seluruh bangsa dan dengan demikian bagi seluruh
masyarakat sekolah. Norma-norma yang diajarkan di sekolah tak boleh
bertentangan dengan adat-istiadat masyarakat sekitar.[2]
Jadi nilai yang dianut di sekolah adalah nilai-nilai yang tidak
bertentangan dengan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat. Peserta didik harus
menjunjung tinggi nilai-nilai kejujuran, kedisplinan, kekompakan/kerjasama dan
sebagainya.
3.
Pengaruh
Iklim Sosial terhadap Sosialisasi Anak
Pada umumnya iklim ini terbagi menjadi iklim yang demokratis
dan iklim otokratis. Dalam hal iklim demokratis anak akan mendapat kebebasan
untuk berkelakuan sesuai dengan kepribadiannya. Sedangkan iklim otokratis anak
tidak mampu bertindak sesuai dengan kepribadiannya karena anak dikontrol ketat
oleh gurunya tanpa di beri pertimbangan sendiri.
Menurut Kurt Lewin dan Ronald Lippitt pada tahun 1939,
mereka memilih dua kelompok yang satu ditempatkan di bawah pimpinan otokratis
dan satu lagi di bawah demokratis. Mereka mendapat beberapa kesimpulan, antara
lain:
Ø Dalam
iklim otokratis lebih banyak dikeluarkan kecaman tajam yang bersifat pribadi,
sedangkan dalam iklim demokrasi terdapat suasana kerja sama, pujian sesama
teman, saran konstruktif, dan kesediaan menerima buah pikiran orang lain.
Ø Dalam
iklim otokratis lebih ditonjolkan diri sendiri, sedangkan dalam iklim
demokratis lebih menonjolkan kebersamaan.
Ø Dalam
iklim otokratis adanya pimpinan yang kuat menghalangi orang lain untuk memegang
pimpinan, sedangkan dalam iklim demokratis beda status sosial pemimpin dan yang
dipimpin kecil sekali.
Ø Individualitas
murid dapat berkembang dalam iklim demokrasi, sedangkan perkembangan nya
tertekan dalam suasana otokratis karena setiap murid memiliki status yang
rendah tanpa dapat mengembangkan individualitasnya.
Ø Dalam
iklim otokritas tindakan kelompok bukan tertuju pada pemimpin melainkan terhadap
salah seorang murid sebab murid dijadikan kambing hitam.
Menurut Lewin
dan Lippit serta para ahli lainnya iklim demokrasilah yang lebih serasi untuk
penyesuaian sosial yang memuaskan, memberikan kesempatan yang lebih bebas dalam
mengekspresikan individualitas, memupuk kerjasama, mengurangi rasa ketegangan
dan persaingan. Iklim demokrasi juga sangat berpengaruh bagi kesejahteraan
rohani.
Iklim otokritas
dianggap lebih serasi untuk mencapai prestasi akademis yang diutamakan oleh
sekolah “tradisional”, sedangkan sekolah yang “progresif” lebih mengutamakan
perkembangan kepribadian anak yang dianggap lebih mungkin tercapai dalam
suasana demokratis.[3]
4.
Fungsi
Pendidikan di Sekolah
Ada beberapa pendapat mengenai fungsi pendidikan sekolah.
Pendapat-pendapat itu ialah:
1)
Memberantas kebodohan, dan
2)
Memberantas salah pengertian.
Secara positif, kedua fungsi tersebut dapat dirumuskan
sebagai berikut:
1) Menolong
anak untuk menjadi melek huruf dan mengembangkan kemampuan-kemampuan
intelektualnya.
2) Mengembangkan
pengertian yang luas tentang manusia lain yang berbeda kebudayaan dan
interestnya.
Gillin dan
Gillin berpendapat, bahwa fungsi pendidikan sekolah ialah penyesuaian diri anak
dan stabilisasi masyarakat.[4]
Dapat
disimpulkan bahwa fungsi sekolah yaitu:
a) Tempat
melatih kemampuan akademik anak
b) Tempat
menenegmbang dan memperkuat mental fisik dan disiplin
c) Tempat
memperkenalkan tanggung jawab
d) Tempat
melatih jiwa sosial dan pertemanan
e) Sebagai
pembentukan identitas diri
f) Saranan
mengembangkan diri dan berkreativitas
g) Sebagai
membentuk keterampilan dasar
h) Sebagai
penentu dan merubah nasib
5.
Dilema
Pokok Pendidikan di Sekolah
Handayani
(2013) menyebutkan ada beberapa permasalahan/dilema yang banyak terjadi di
sekolah antara lain yaitu:
1) Bolos
sekolah, merupakan permasalahan yang paling sering terjadi di sekolah, dimulai
dari tidak mengikuti proses pembelajaran (mata pelajaran) tertentu hingga tidak
datang ke sekolah. Setiap sekolah memiliki kebijakan masing-masing dalam
menangani masalah, seperti absensi sekolah ataupun absensi kehadiran.
2) Narkoba,
pergaulan yang dapat menyebabkan peserta didik dimana ketika itu rasa keingin
tahuan yang tinggi membuat peserta didik untuk mencoba-coba barang-barang
terlarang seperti zat adiktif ataupun obat-obatan terlarang. Dalam hal ini tidak
hanya faktor internal, melainkan faktor eksternal yang dapat menjerumuskan ke
dalam hal-hal yang demikian sehingga anak tersebut terjerumus ke dalam
pergaulan bebas.
3) Tawuran,
permasalahan-permasalahan seperti ini seringkali dihadapi oleh peserta didik tingkat
SMA, peserta didik yang melakukan tindakan yang menyimpang seperti tawuran ini
karena mereka merasa dirinya hebat dan dianggap jagoan, yang mana menganggap
membela nama sekolah.
4) Bullying,
di dalam pendidikan di sekolah pasti ada yang diatas dan ada yang dibawah dalam
istilah ada senior dan ada junior, dengan adanya label seperti itu dapat
menyebabkan bullying dapat terjadi. Dimana dalam hal ini senior ingin dihargai
oleh junior tetapi menggunakan cara yang salah.[5]
Dari
dilema-dilema pendidikan pokok di sekolah tersebut, kita sebagai pendidik harus
bisa mengatasi permasalahan-permasalahan tersebut, misalnya dengan cara
memberikan contoh yang baik kepada anak didik kita dan menjalin kerjasama
dengan orang tua peserta didik untuk menjadikan anak didik sebagai generasi
penerus yang baik dengan memberikan perhatian yang baik dalam mengatasi dilema
di sekolah.
DAFTAR PUSTAKA
Gunawan, Ari H. 2000. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: PT Rineka
Cipta
[1]
Diakses dari, http://satriadholan.blogspot.co.id/2010/11makalah-proses-sosialisasi.html?m=1
tanggal 03 Maret 2016 pukul 21.29 WIB
[2]
Diakses dari http://enyblogspot.com-makalah-sosiologi.html?=1
tanggal 23 Februari 2016 pukul 14:31
[3]
Diakses dari, http://hambolot.blogspot.com/2013/03/pengaruh-iklim-sosial-terhadap_9758.html?m=1
tanggal 03 Maret 2016 pukul 21.45 WIB
[4]
Ary H. Gunawan, Sosiologi Pendidikan, (Jakarta:
PT Rineka Cipta, 2000), hlm. 181-182
[5]
Diakses dari, http://enyrismayanti.blogspot.com/2013/12/makalah-sosiologi.html?m=1
tanggal 03 Maret 2016 pukul 21.50 WIB
PENDIDIKAN GURU
MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS
TARBIYAH
INSTITUT AGAMA
ISLAM DARUSSALAM
CIAMIS- JAWA
BARAT
2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar