MODEL-MODEL
PENGEMBANGAN KURIKULUM
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu
Tugas Mata Kuliah Pengembangan Kurikulum
Dosen Pengampu:
Tanto Aljauharie Tantowie, M. Pd. I
Disusun oleh:
Asep Bagja
Nurhidayat
Eva
Masrifah
PENDIDIKAN GURU
MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS
TARBIYAH
INSTITUT AGAMA
ISLAM DARUSSALAM
CIAMIS- JAWA
BARAT
2016
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur
marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah banyak memberikan
beribu-ribu nikmat kepada kita umatnya. Rahmat beserta salam semoga tetap
tercurahkan kepada jungjunan kita, pemimpin akhir jaman yang sangat dipanuti oleh
pengikutnya yakni Nabi Muhammad SAW.
Makalah yang
berjudul “model pengembangan kurikulum ” ini sengaja dibahas karena sangat
penting untuk kita yang tinggal di jaman yang sangat maju ini untuk bisa
memahami kurikulum bahkan mungkin mengembankan kurikulum sesuai dengan kemajuan
ilmu pengeytahuan dan teknologi.
Selanjutnya,
penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan
pengarahan-pengarahan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan
tepat waktu. Tidak lupa juga kepada Bapak Tanto Aljauhari Tantiwie. M.Pd.I
Selaku Dosen mata pelajaran Perkembangan Kurikulum yang telah membimbing kami
dalam pembelajaran ini.
Demikian, semoga
makalah ini bermanfaat khususnya bagi penyusun umumnya kepada semua pihak yang
membaca makalah ini.
Ciamis, April 2016
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................... i
DAFTAR IS……………………………………………………………………………....ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah............................................................................................... 2
C. Tujuan Makalah................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Taba’s Inverted Model........................................................................................ 3
B. Roger’s Interpersonal Relations Model.............................................................. 4
C. The Sistematic Action Research Model.............................................................. 6
D. Emerging Technical Models................................................................................ 6
BAB III PENUTUP
Kesimpulan.............................................................................................................. 8
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Kurukulm memegang kedudukan penting
dalam pendidikan, sebab berkaitan dengan penentuan arah, isi dan proses
pendidikan yang pada akhirnya menentukan macam dan kualifikasi lulusan suatu
lembaga pendidikan. Kurikulum menyangkut rencana dan pelaksanaan pendidikan Baik dalam lingkup kelas, sekolah, daerah, wilayah
maupun nasional. Semua orang tentunya berkepentingan dengan kurikulum, sebab
sebagai orangtua, masyarakat, pemmpin formal maupun in-formal selalu berharap
tumbuh dan berkembangnya anak, ;pemuda, dan generasi muda yang lebih baik,
lebih cerdas, lebih berkemampuan. Kurikulum mempunyai andil yang cukup besar
dalam melahirkan harapan tersebut.
Begitupun dengan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang semakin maju dengan pesat sehingga mempengaruhi
kehidupan dan pendidikan, sehingga pendidikan mau tidak mau harus mengikuti
juga mengantisipasi kemajuan itu, dalam artian pendidikan harus lebih maju dan
baik dan mengantisipasi akibat negatif
dari kemajuan tersebut.
Kita ketahui bahwa kurikulum
berperan penting dalam keberhasilan pendidikan,
Oleh karena itu maka didalam pengembangan kurikulum dirumuskanlah
beberapa model, diantaranya:
1. The administrative model
2. The grass roots model
3. Beauchamp’s syste moel
4. The demonstration model
5. Taba’s inverted model
6. Roger’s interpersonal relations model
7. The systematic action-research model
8. Emerging technical models
Namun didalam
makalah ini yang akan di bahas diantaranya :
1. Taba’s inverted model
2. Roger’s interpersonal relations model
3. The systematic action-research model
4. Emerging technical models
B. Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi
rumusa masalah adalah sebagai berikut :
1. Apa maksud dari taba’s
inverted model?
2. Apa maksud dari
roger’s interpersonal relations model?
3. Apa maksud dari the systematic
action-research model?
4.
Apa maksud dari emerging technical models?
C. Tujuan Pembahasan
Sesuai
dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan yang ingin dicapai pada
makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui taba’s
inverted model
2. Untuk mengetahui
roger’s interpersonal relations model
3. Untuk mengetahui the
systematic action-research model
4.
Untuk mengetahui emerging technical models
BAB II
PEMBAHASAN
A. Model-Model Pengembangan Kurikulum
1. Taba’s inverted model
Menurut cara yang
bersifat tradisional pengembangan kurikulum dilakukan secara deduktif, dengan
urutan:
1)
Penentuan prinsip-prinsip dan kebijaksanaan
dasar
2)
Merumuskan desain kurikulum yang bersifat
menyeluruh didasarkan atas komitmen-komitmen tertentu
3)
Menyusun unit-unit kurikulum sejalan dengan
desain yang menyeluruh
4)
Melaksanakan kurikulum di dalam kelas
Taba berpendapat model
deduktif ini kurang cocok, sebab tidak merangsang timbulnya inovasi-inovasi.
Menurutnya pengembangan kurikulum yang lebih
mendorong inovasi dan kreativitas guru-guru adalah yang bersifat
induktif, yang merupakan inversi atau arah terbalik dari model tradisional.
(Syaodih, 2005: 166-167)
Model terbalik ini
dikembangkan oleh Hilda Taba atas dasar data induktif yang disebut model
terbalik,karena biasanya pengembangan kurikulum didahului oleh konsep-konsep
yang datangnya dari atas secara deduktif. Sebelum melaksanakan langkah-langkah
lebih lanjut, terlebih dahulu mencari data dari lapangan dengan cara mengadakan
percobaan, kemudian disusun teori atas dasar hasil nyata, baru diadakan
pelaksanaan. (Dakir, 2004: 97-98)
Langkah-langkahnya
sebagai berikut:
1)
Mendiagnosis kebutuhan, merumuskan tujuan,
menentukan materi, menemukan penilaian, memperhatikan antara luas dan dalamnya
bahan, kemudian disusunlah suatu unit kurikulum.
2)
Mengadakan try
out
3)
Mengadakan revisi atas dasar try out
4)
Menyusun kerangka kerja teori
5)
Mengemukakan adanya kurikulum baru yang akan
didesiminasikan
Ada lima langkah pengembangan kurikulum model Taba ini. Pertama, mengadakan unit-unit eksperimen bersama
guru-guru. Di dalam unit eksperimen ini diadakan studi yang seksama tentang
hubungan antara teori dengan praktik. Perencanaan didasarkan atas teori yang
kuat, dan pelaksanaan eksperimen di dalam kelas menghasilkan data-data yang
untuk menguji landasan teori yang digunakan. Ada delapan langkah dalam kegiatan
unit eksperimen ini:
1)
Mendiagnosis kebutuhan
2)
Merumuskan tujuan-tujuan khusus
3)
Memilih isi
4)
Mengorganisasi isi
5)
Memilih pengalaman belajar
6)
Mengorganisasi pengalaman belajar
7)
Mengevaluasi
8)
Melihat sekuens dan keseimbangan (Taba, 1962:
347-379)
Langkah kedua, menguji unit eksperimen. Meskipun unit
eksperimen ini telah diuji dalam pelaksanaan di kelas eksperimen, tetapi masih
harus diuji di kelas-kelas atau tempat lain untuk mengetahui validitas dan
kepraktisannya, serta menghimpun data bagi penyempurnaan.
Langkah ketiga, mengadakan revisi dan konsolidasi. Dari
langkah pengujian diperoleh beberapa data, data tersebut digunakan untuk
mengadakan perbaikan dan penyempurnaan. Selain perbaikan dan penyempurnaan
diadakan juga kegiatan konsolidasi, yaitu penarikan kesimpulan tentang hal-hal
yang lebih bersifat umum yang berlaku dalam lingkungan yang lebih luas. Hal itu
dilakukan, sebab meskipun suatu unit eksperimen telah cukup valid dan praktis
pada sesuatu sekolah belum tentu demikian juga pada sekolah yang lainnya. Untuk
menguji keberlakuannya pada daerah yang lebih luas perlu adanya kegiatan
konsolidasi.
Langkah keempat, pengembangan keseluruhan kerangka kurikulum.
Apabila dalam kegiatan penyempurnaan dan konsolidasi telah diperoleh sifatnya
yang lebih menyeluruh atau berlaku lebih luas, hal itu masih harus dikaji oleh
para ahli kurikulum dan para profesional kurikulum lainnya. Kegiatan itu
dilakukan untuk mengetahui apakah konsep-konsep dasar atau landasan-landasan
teori yang dipakai sudah masuk dan sesuai.
Langkah kelima, implementasi dan desimenasi, yaitu menerapkan kurikulum baru ini pada daerah
atau sekolah-sekolah yang lebih luas. Di dalam langkah ini masalah dan
kesulitan-kesulitan pelaksanaan tetapi dihadapi, baik berkenaan dengan kesiapan
guru-guru, fasilitas, alat dan bahan juga biaya.
2. Roger’s Interpersonal Relations Model
Meskipun Rogers bukan
seorang ahli pendidikan (ia ahli psikologi atau psikoterapi) tetapi
konsep-konsepnya tentang psikoterapi khususnya bagaimana membimbing individu
juga dapat diterapkan dalam bidang
pendidikan dan pengembangan kurikulum. Menurut When Crosby (1970: 388)
perubahan kurikulum adalah perubahan individu.
Menurut Rogers manusia
berada dalam perubahan (becoming, developing, changing), sesungguhnya ia
mempunyai kekuatan dan potensi untuk berkembang sendiri, tetapi karena ada
hambatan-hambatan tertentu ia membutuhkan orang lain untuk membantu
memperlancar dan mempercepat perubahan tersebut, begitu juga dalam pendidikan.
Guru serta pendidik lainnya bukan pemberi informasi apalagi penentu
perkembangan anak, merreka hanyalah pendorong dan pemelancar perkembangan anak.
(Syaodih, 2005: 167)
Kurikulum yang
dikembangkan hendaknya dapat mengembangkan individu secara fleksibel terhadap
perubahan-perubahan dengan cara melatih diri berkomunikasi secara
interpersonnal. (Dakir, 2010: 107)
Langkah-langkahnya:
a)
Diadakannya kelompok untuk dapatnya melakukan
hubungan interpersonal di tempat yang tidak sibuk
b)
Kurang lebih dalam satu minggu para peserta
mengadakan saling tukar pengalaman, di bawah pimpinan staf pengajar
c)
Kemudian diadakan pertemuan dengan masyarakat
yang lebih luas lagi dalam sekolah, sehingga hubungan interpersonal akan
menjadi lebih sempurna. Yaitu hubungan antara guru dengan guru, guru dengan
peserta didik, peserta didik dengan peserta didik dalam suasana yang akrab.
d)
Selanjutnya pertemuan dilakukan dengan
mengikutsertakan anggota yang lebih luas lagi, yaitu dengan mengikutsertakan
para pegawai administrasi dan orang tua peserta didik. Dalam situasi yang
demikian diharapkan masing-masing personal akan saling menghayati dan lebih
akrab, sehingga memudahkan berbagai pemecahan problem sekolah yang dihadapi
Dengan langkah-langkah
tersebut, diharapkan penyusunan
kurikulum akan lebih realistis, karena didasarioleh kenyataan yang
diharapkan.
Model pengembangan
kurikulum dari Rogers ini berbeda dengan model-model lainnya. Sepertinya tidak
ada suatu perencanaan kurikulum tertulis, yang ada hanyalah kegiatan rangkaian
kelompok. Itulah ciri khas Carl Rogers sebagai seorang Eksistensialis Humanis,
ia tidak mementingkan formalitas, rancangan tertulis, data, dan sebagainya.
Bagi Rogers yang terpenting adalah aktivitas
dan interaksi. Berkat berbagai bentuk aktivitas dalam interaksi ini individu
akan berubah. Metode pendidikan yang diutamakan Rogers adalah sensitivity training, encounter group dan
Training Group (T Group). (Syaodih, 2005: 169)
3. The Sistematic Action Research Model
Model kurikulum ini didasarkan
pada asumsi bahwa perkembangan kurikulum merupakan perubahan sosial.
Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam penyusunan kurikulum yaitu
adanya hubungan antara manusia, keadaan organisasi, sekolah, situasi
masyarakat, dan otoritas ilmu pengetahuan.
Kurikulum dikembangkan
dalam konteks harapan warga masyarakat, para orang tua, tokoh masyarakat,
pengusaha, siswa, guru, dan lain-lain, mempunyai pandangan tentang bagaimana
pendidikan, bagaimana anak belajar, dan bagaimana peranan kurikulum dalam
pendidikan dan pengajaran. Penyusunan kurikulum harus memasukkan pandangan dan
harapan-harapan masyarakat, dan salah satu cara untuk mencapai hal itu adalah
dengan prosedur action research.
Adapun
langkah-langkahnya sebagai berikut:
a)
Dirasa adanya problem proses belajar mengajar di
sekolah yang perlu diteliti
b)
Mencari sebab-sebab terjadinya problem dan
sekaligus dicari pemecahannya. Kemudian menentukan putusan apa yang perlu
diambil sehubungan dengan masalah yang timbul tersebut
c)
Melaksanakan putusan yang telah diambil
4. Emerging Technical Models
Perkembangan bidang
teknologi dan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai efisiensi efektivitas dalam
bisnis, juga mempengaruhi perkembangan model-model kurikulum. Tumbuh
kecenderungan-kecenderungan baru yang didasarkan atas hal itu, diantaranya:
a)
The
behavioral analysis model, menekankan penguasaan perilaku atau kemampuan.
Suatu perilaku/kemampuan yang kompleks diuraikan menjadi perilaku-perilaku yang
sederhana yang tersusun secara hierarkis. Siswa mempelajari perilaku-perilaku
tersebut secara berangsur-angsur mulai dari yang sederhana menuju yang lebih
kompleks.
b)
The system
analysis model, berasal dari gerakan efisiensi bisnis. Langkah pertama dari
model ini adalah menentukan spesifikasi perangkat hasil belajar yang harus dikuasai
siswa. Langkah kedua adalah menyusun instrumen untuk menilai ketercapaian
hasil-hasil belajar tersebut. Langkah ketiga, mengidentifikasi tahap-tahap
ketercapaian hasil serta perkiraan biaya yang diperlukan. Langkah keempat,
membandingkan biaya dan keuntungan dari beberapa program pendidikan.
c)
The
computer-based model, suatu model pengembangan kurikulum dengan
memanfaatkan komputer. Pengembangannya dimulai dengan mengidentifikasi seluruh
unit-unit kurikulum, tiap unit kurikulum telah telah memiliki rumusan tentang
hasil-hasil yang diharapkan. Kepada para siswa dan guru-guru diminta untuk
melengkapi pertanyaan tentang unit-unit kurikulum tersebut. Setelah diadakan
pengolahan disesuaikan dengan kemampuan dan hasil-hasil belajar yang dicapai
siswa disimpan dalam komputer.
BAB III
KESIMPULAN
Berdasarkan
pembahasan diatas dari ke empat model penembangan kurikulum tersebut maka dapat
disimpulkan:
1. Menurut
cara yang bersifat tradisional pengembangan kurikulum dilakukan secara deduktif.
Taba berpendapat model deduktif ini kurang cocok, sebab tidak merangsang
timbulnya inovasi-inovasi. Menurutnya pengembangan kurikulum yang lebih mendorong inovasi dan kreativitas guru-guru
adalah yang bersifat induktif, yang merupakan inversi atau arah terbalik dari
model tradisional.
2. Model
pengembangan kurikulum dari Rogers ini berbeda dengan model-model lainnya.
Sepertinya tidak ada suatu perencanaan kurikulum tertulis, yang ada hanyalah
kegiatan rangkaian kelompok. Itulah ciri khas Carl Rogers sebagai seorang
Eksistensialis Humanis, ia tidak mementingkan formalitas, rancangan tertulis,
data, dan sebagainya. Bagi Rogers yang terpenting adalah aktivitas dan interaksi. Berkat berbagai
bentuk aktivitas dalam interaksi ini individu akan berubah.
3. Model
kurikulum ini didasarkan pada asumsi bahwa perkembangan kurikulum merupakan
perubahan sosial. Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam penyusunan
kurikulum yaitu adanya hubungan antara manusia, keadaan organisasi, sekolah,
situasi masyarakat, dan otoritas ilmu pengetahuan.
4. Perkembangan
bidang teknologi dan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai efisiensi efektivitas
dalam bisnis, juga mempengaruhi perkembangan model-model kurikulum.
DAFTAR PUSTAKA
Dakir. 2004. Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum.
Jakarta: PT Rineka Cipta
Dakir. 2010. Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum. Jakarta:
PT Rineka Cipta
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2005. Pengembangan Kurikukulum Teori dan Praktek. Bandung PT Remaja
Rosdakarya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar