Senin, 05 Desember 2016

MODEL-MODEL PENGEMBANGAN KURIKULUM




MODEL-MODEL PENGEMBANGAN KURIKULUM

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Pengembangan Kurikulum
Dosen Pengampu:
Tanto Aljauharie Tantowie, M. Pd. I







Disusun oleh:
Asep Bagja Nurhidayat
Eva Masrifah




PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM DARUSSALAM
CIAMIS- JAWA BARAT
 2016

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah banyak memberikan beribu-ribu nikmat kepada kita umatnya. Rahmat beserta salam semoga tetap tercurahkan kepada jungjunan kita, pemimpin akhir jaman yang sangat dipanuti oleh pengikutnya yakni Nabi Muhammad SAW.
Makalah yang berjudul “model pengembangan kurikulum ” ini sengaja dibahas karena sangat penting untuk kita yang tinggal di jaman yang sangat maju ini untuk bisa memahami kurikulum bahkan mungkin mengembankan kurikulum sesuai dengan kemajuan ilmu pengeytahuan dan teknologi.
Selanjutnya, penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan pengarahan-pengarahan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tidak lupa juga kepada Bapak Tanto Aljauhari Tantiwie. M.Pd.I Selaku Dosen mata pelajaran Perkembangan Kurikulum yang telah membimbing kami dalam pembelajaran ini.
Demikian, semoga makalah ini bermanfaat khususnya bagi penyusun umumnya kepada semua pihak yang membaca makalah ini.

                                                                                                Ciamis,  April 2016
                                                                                                           

                                                                        Penyusun







DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................... i

DAFTAR IS……………………………………………………………………………....ii

BAB I PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang Masalah...................................................................................... 1

B.  Rumusan Masalah............................................................................................... 2

C.  Tujuan Makalah................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

A.  Taba’s Inverted Model........................................................................................ 3

B.  Roger’s Interpersonal Relations Model.............................................................. 4

C.  The Sistematic Action Research Model.............................................................. 6

D.  Emerging Technical Models................................................................................ 6

BAB III PENUTUP

Kesimpulan.............................................................................................................. 8

DAFTAR PUSTAKA



BAB I
PENDAHULUAN

     A.  Latar Belakang
Kurukulm memegang kedudukan penting dalam pendidikan, sebab berkaitan dengan penentuan arah, isi dan proses pendidikan yang pada akhirnya menentukan macam dan kualifikasi lulusan suatu lembaga pendidikan. Kurikulum menyangkut rencana dan pelaksanaan pendidikan Baik dalam lingkup kelas, sekolah, daerah, wilayah maupun nasional. Semua orang tentunya berkepentingan dengan kurikulum, sebab sebagai orangtua, masyarakat, pemmpin formal maupun in-formal selalu berharap tumbuh dan berkembangnya anak, ;pemuda, dan generasi muda yang lebih baik, lebih cerdas, lebih berkemampuan. Kurikulum mempunyai andil yang cukup besar dalam melahirkan harapan tersebut.
Begitupun dengan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin maju dengan pesat sehingga mempengaruhi kehidupan dan pendidikan, sehingga pendidikan mau tidak mau harus mengikuti juga mengantisipasi kemajuan itu, dalam artian pendidikan harus lebih maju dan baik dan mengantisipasi  akibat negatif dari kemajuan tersebut.
Kita ketahui bahwa kurikulum berperan penting dalam keberhasilan pendidikan,  Oleh karena itu maka didalam pengembangan kurikulum dirumuskanlah beberapa model, diantaranya:
1.    The administrative model
2.    The grass roots model
3.    Beauchamp’s syste moel
4.    The demonstration model
5.    Taba’s inverted model
6.    Roger’s interpersonal relations model
7.    The systematic action-research model
8.    Emerging technical models
Namun didalam makalah ini yang akan di bahas diantaranya :
1.    Taba’s inverted model
2.    Roger’s interpersonal relations model
3.    The systematic action-research model
4.    Emerging technical models



     B.  Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusa masalah adalah sebagai berikut :
1.    Apa maksud dari taba’s inverted model?
2.    Apa maksud dari roger’s interpersonal relations model?
3.    Apa maksud dari the systematic action-research model?
4.    Apa maksud dari emerging technical models?

     C.  Tujuan Pembahasan
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan yang ingin dicapai pada makalah ini adalah sebagai berikut:
1.    Untuk mengetahui taba’s inverted model
2.    Untuk mengetahui roger’s interpersonal relations model
3.    Untuk mengetahui the systematic action-research model
4.    Untuk mengetahui emerging technical models




















BAB II
PEMBAHASAN

A.  Model-Model Pengembangan Kurikulum
1.    Taba’s inverted model
Menurut cara yang bersifat tradisional pengembangan kurikulum dilakukan secara deduktif, dengan urutan:
1)   Penentuan prinsip-prinsip dan kebijaksanaan dasar
2)   Merumuskan desain kurikulum yang bersifat menyeluruh didasarkan atas komitmen-komitmen tertentu
3)   Menyusun unit-unit kurikulum sejalan dengan desain yang menyeluruh
4)   Melaksanakan kurikulum di dalam kelas
Taba berpendapat model deduktif ini kurang cocok, sebab tidak merangsang timbulnya inovasi-inovasi. Menurutnya pengembangan kurikulum yang lebih  mendorong inovasi dan kreativitas guru-guru adalah yang bersifat induktif, yang merupakan inversi atau arah terbalik dari model tradisional. (Syaodih, 2005: 166-167)
Model terbalik ini dikembangkan oleh Hilda Taba atas dasar data induktif yang disebut model terbalik,karena biasanya pengembangan kurikulum didahului oleh konsep-konsep yang datangnya dari atas secara deduktif. Sebelum melaksanakan langkah-langkah lebih lanjut, terlebih dahulu mencari data dari lapangan dengan cara mengadakan percobaan, kemudian disusun teori atas dasar hasil nyata, baru diadakan pelaksanaan. (Dakir, 2004: 97-98)
Langkah-langkahnya sebagai berikut:
1)   Mendiagnosis kebutuhan, merumuskan tujuan, menentukan materi, menemukan penilaian, memperhatikan antara luas dan dalamnya bahan, kemudian disusunlah suatu unit kurikulum.
2)   Mengadakan try out
3)   Mengadakan revisi atas dasar try out
4)   Menyusun kerangka kerja teori
5)   Mengemukakan adanya kurikulum baru yang akan didesiminasikan
Ada lima langkah pengembangan kurikulum model Taba ini. Pertama, mengadakan unit-unit eksperimen bersama guru-guru. Di dalam unit eksperimen ini diadakan studi yang seksama tentang hubungan antara teori dengan praktik. Perencanaan didasarkan atas teori yang kuat, dan pelaksanaan eksperimen di dalam kelas menghasilkan data-data yang untuk menguji landasan teori yang digunakan. Ada delapan langkah dalam kegiatan unit eksperimen ini:
1)   Mendiagnosis kebutuhan
2)   Merumuskan tujuan-tujuan khusus
3)   Memilih isi
4)   Mengorganisasi isi
5)   Memilih pengalaman belajar
6)   Mengorganisasi pengalaman belajar
7)   Mengevaluasi
8)   Melihat sekuens dan keseimbangan (Taba, 1962: 347-379)
Langkah kedua, menguji unit eksperimen. Meskipun unit eksperimen ini telah diuji dalam pelaksanaan di kelas eksperimen, tetapi masih harus diuji di kelas-kelas atau tempat lain untuk mengetahui validitas dan kepraktisannya, serta menghimpun data bagi penyempurnaan.
Langkah ketiga, mengadakan revisi dan konsolidasi. Dari langkah pengujian diperoleh beberapa data, data tersebut digunakan untuk mengadakan perbaikan dan penyempurnaan. Selain perbaikan dan penyempurnaan diadakan juga kegiatan konsolidasi, yaitu penarikan kesimpulan tentang hal-hal yang lebih bersifat umum yang berlaku dalam lingkungan yang lebih luas. Hal itu dilakukan, sebab meskipun suatu unit eksperimen telah cukup valid dan praktis pada sesuatu sekolah belum tentu demikian juga pada sekolah yang lainnya. Untuk menguji keberlakuannya pada daerah yang lebih luas perlu adanya kegiatan konsolidasi.
Langkah keempat, pengembangan keseluruhan kerangka kurikulum. Apabila dalam kegiatan penyempurnaan dan konsolidasi telah diperoleh sifatnya yang lebih menyeluruh atau berlaku lebih luas, hal itu masih harus dikaji oleh para ahli kurikulum dan para profesional kurikulum lainnya. Kegiatan itu dilakukan untuk mengetahui apakah konsep-konsep dasar atau landasan-landasan teori yang dipakai sudah masuk dan sesuai.
Langkah kelima, implementasi dan desimenasi, yaitu  menerapkan kurikulum baru ini pada daerah atau sekolah-sekolah yang lebih luas. Di dalam langkah ini masalah dan kesulitan-kesulitan pelaksanaan tetapi dihadapi, baik berkenaan dengan kesiapan guru-guru, fasilitas, alat dan bahan juga biaya.

2.    Roger’s Interpersonal Relations Model
Meskipun Rogers bukan seorang ahli pendidikan (ia ahli psikologi atau psikoterapi) tetapi konsep-konsepnya tentang psikoterapi khususnya bagaimana membimbing individu juga dapat diterapkan dalam  bidang pendidikan dan pengembangan kurikulum. Menurut When Crosby (1970: 388) perubahan kurikulum adalah perubahan individu.
Menurut Rogers manusia berada dalam perubahan (becoming, developing, changing), sesungguhnya ia mempunyai kekuatan dan potensi untuk berkembang sendiri, tetapi karena ada hambatan-hambatan tertentu ia membutuhkan orang lain untuk membantu memperlancar dan mempercepat perubahan tersebut, begitu juga dalam pendidikan. Guru serta pendidik lainnya bukan pemberi informasi apalagi penentu perkembangan anak, merreka hanyalah pendorong dan pemelancar perkembangan anak. (Syaodih, 2005: 167)
Kurikulum yang dikembangkan hendaknya dapat mengembangkan individu secara fleksibel terhadap perubahan-perubahan dengan cara melatih diri berkomunikasi secara interpersonnal. (Dakir, 2010: 107)
Langkah-langkahnya:
a)    Diadakannya kelompok untuk dapatnya melakukan hubungan interpersonal di tempat yang tidak sibuk
b)   Kurang lebih dalam satu minggu para peserta mengadakan saling tukar pengalaman, di bawah pimpinan staf pengajar
c)    Kemudian diadakan pertemuan dengan masyarakat yang lebih luas lagi dalam sekolah, sehingga hubungan interpersonal akan menjadi lebih sempurna. Yaitu hubungan antara guru dengan guru, guru dengan peserta didik, peserta didik dengan peserta didik dalam suasana yang akrab.
d)   Selanjutnya pertemuan dilakukan dengan mengikutsertakan anggota yang lebih luas lagi, yaitu dengan mengikutsertakan para pegawai administrasi dan orang tua peserta didik. Dalam situasi yang demikian diharapkan masing-masing personal akan saling menghayati dan lebih akrab, sehingga memudahkan berbagai pemecahan problem sekolah yang dihadapi
Dengan langkah-langkah tersebut, diharapkan penyusunan  kurikulum akan lebih realistis, karena didasarioleh kenyataan yang diharapkan.
Model pengembangan kurikulum dari Rogers ini berbeda dengan model-model lainnya. Sepertinya tidak ada suatu perencanaan kurikulum tertulis, yang ada hanyalah kegiatan rangkaian kelompok. Itulah ciri khas Carl Rogers sebagai seorang Eksistensialis Humanis, ia tidak mementingkan formalitas, rancangan tertulis, data, dan sebagainya. Bagi Rogers yang terpenting adalah  aktivitas dan interaksi. Berkat berbagai bentuk aktivitas dalam interaksi ini individu akan berubah. Metode pendidikan yang diutamakan Rogers adalah sensitivity training, encounter group dan Training Group (T Group). (Syaodih, 2005: 169)



3.    The Sistematic Action Research Model
Model kurikulum ini didasarkan pada asumsi bahwa perkembangan kurikulum merupakan perubahan sosial. Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam penyusunan kurikulum yaitu adanya hubungan antara manusia, keadaan organisasi, sekolah, situasi masyarakat, dan otoritas ilmu pengetahuan.
Kurikulum dikembangkan dalam konteks harapan warga masyarakat, para orang tua, tokoh masyarakat, pengusaha, siswa, guru, dan lain-lain, mempunyai pandangan tentang bagaimana pendidikan, bagaimana anak belajar, dan bagaimana peranan kurikulum dalam pendidikan dan pengajaran. Penyusunan kurikulum harus memasukkan pandangan dan harapan-harapan masyarakat, dan salah satu cara untuk mencapai hal itu adalah dengan prosedur action research.
Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:
a)    Dirasa adanya problem proses belajar mengajar di sekolah yang perlu diteliti
b)   Mencari sebab-sebab terjadinya problem dan sekaligus dicari pemecahannya. Kemudian menentukan putusan apa yang perlu diambil sehubungan dengan masalah yang timbul tersebut
c)    Melaksanakan putusan yang telah diambil

4.    Emerging Technical Models
Perkembangan bidang teknologi dan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai efisiensi efektivitas dalam bisnis, juga mempengaruhi perkembangan model-model kurikulum. Tumbuh kecenderungan-kecenderungan baru yang didasarkan atas hal itu, diantaranya:
a)    The behavioral analysis model, menekankan penguasaan perilaku atau kemampuan. Suatu perilaku/kemampuan yang kompleks diuraikan menjadi perilaku-perilaku yang sederhana yang tersusun secara hierarkis. Siswa mempelajari perilaku-perilaku tersebut secara berangsur-angsur mulai dari yang sederhana menuju yang lebih kompleks.
b)   The system analysis model, berasal dari gerakan efisiensi bisnis. Langkah pertama dari model ini adalah menentukan spesifikasi perangkat hasil belajar yang harus dikuasai siswa. Langkah kedua adalah menyusun instrumen untuk menilai ketercapaian hasil-hasil belajar tersebut. Langkah ketiga, mengidentifikasi tahap-tahap ketercapaian hasil serta perkiraan biaya yang diperlukan. Langkah keempat, membandingkan biaya dan keuntungan dari beberapa program pendidikan.
c)    The computer-based model, suatu model pengembangan kurikulum dengan memanfaatkan komputer. Pengembangannya dimulai dengan mengidentifikasi seluruh unit-unit kurikulum, tiap unit kurikulum telah telah memiliki rumusan tentang hasil-hasil yang diharapkan. Kepada para siswa dan guru-guru diminta untuk melengkapi pertanyaan tentang unit-unit kurikulum tersebut. Setelah diadakan pengolahan disesuaikan dengan kemampuan dan hasil-hasil belajar yang dicapai siswa disimpan dalam komputer.
































BAB III
KESIMPULAN

   Berdasarkan pembahasan diatas dari ke empat model penembangan kurikulum tersebut maka dapat disimpulkan:
1.    Menurut cara yang bersifat tradisional pengembangan kurikulum dilakukan secara deduktif. Taba berpendapat model deduktif ini kurang cocok, sebab tidak merangsang timbulnya inovasi-inovasi. Menurutnya pengembangan kurikulum yang lebih  mendorong inovasi dan kreativitas guru-guru adalah yang bersifat induktif, yang merupakan inversi atau arah terbalik dari model tradisional.
2.    Model pengembangan kurikulum dari Rogers ini berbeda dengan model-model lainnya. Sepertinya tidak ada suatu perencanaan kurikulum tertulis, yang ada hanyalah kegiatan rangkaian kelompok. Itulah ciri khas Carl Rogers sebagai seorang Eksistensialis Humanis, ia tidak mementingkan formalitas, rancangan tertulis, data, dan sebagainya. Bagi Rogers yang terpenting adalah  aktivitas dan interaksi. Berkat berbagai bentuk aktivitas dalam interaksi ini individu akan berubah.
3.    Model kurikulum ini didasarkan pada asumsi bahwa perkembangan kurikulum merupakan perubahan sosial. Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam penyusunan kurikulum yaitu adanya hubungan antara manusia, keadaan organisasi, sekolah, situasi masyarakat, dan otoritas ilmu pengetahuan.
4.    Perkembangan bidang teknologi dan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai efisiensi efektivitas dalam bisnis, juga mempengaruhi perkembangan model-model kurikulum.



DAFTAR PUSTAKA

Dakir. 2004. Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum. Jakarta: PT Rineka Cipta
Dakir. 2010. Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum. Jakarta: PT Rineka Cipta
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2005. Pengembangan Kurikukulum Teori dan Praktek. Bandung PT Remaja Rosdakarya









 















 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar